blog owner

blog owner
erroze zone modification

Minggu, 26 Juni 2011

Tawadhu Hakikat Hidup Prestatif (Modif_hati)


Allah Azza wa Jalla adalah dzat yang maha besar dan hanya dialah yang berhak menyatakan kebesaran diriNya. Adapun segenap makhluk ciptaanNya adalah teramat kecil dan sama sekali tidak layak merasa diri besar. Seorang hamba yang lisannya berucap, “Allahu Akbar”! seraya jiwanya bergetar teramat sangat takut akan kemahabesaranNya, dialah orang yang menyadari kekerdilan dirinya dihadapan yang serba maha. Sungguh, Allah pun sangat suka terhadapnya, sehingga diangkatnyalah derajat kemuliaannya ke tingkat yang sangat tinggi di hadapan manusia, lebih lebih dihadapanNya. Bukankah Allah telah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS. Al Bayyinah).
Sebaliknya betapa kemurkaan Allah terhadap orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. Annisa). Karenanya, syurga mengharamkan dirinya untuk dimasuki oleh orang-orang yang di dalam hatinya  terdapat sifat kibir atau kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah.
Bukankah segenap makhluk Allah di jagat raya alam semesta ini tiada memiliki daya dan upaya, kecuali karena karunia kekuatan dari Allah Azza wa Jalla? Laa haula walaa quwwata illaa billahi ‘aliyyil adziim. Allah lah yang telah menciptakan tubuh ini, yang mengalirkan darah dalam peredaran yang sempurna, yang mendetakkan jantung, yang menggerakkan tubuh, pendek kata yang mengurus sekujur badan ini pun hanya Allah semata! Manusia sama sekali tidak ada apa-apanya sekirany Allah menghendaki sesuatu atas jiwa dan raganya.  
Ternyata rahasia hidup sukses dan prestatif atau sebaliknya hidup gagal, terhina dan tiada hargaketika di dunia maupun saat di akhirat kelak, tiada terlepas dari seberapa mampu seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tawadhu, inilah kunci hakikat bagi siapa saja yang ingin memiliki pribadi unggul. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kunci yang tak kalah pentingnya adalah kesanggupan kita mendengar, menyerap dan menimba ilmu dari orang lain dalam rangka memperkaya ilmu dan memperluas visi. Semua ini akan membuat kita semakin cepat melesat jauh ke depan disbandingkan dengan orang-orang yang sombong, merasa pandai sendiri dan menganggap cukup dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga merasa diri tidak lagi membutuhkan pendapat, pandangan dan visi dari orang lain.
Ketahuilah kita ini adalah makhluk yang serba terbatas. Buktinya kita tidak akan pernah bias melihat kotoran di mata atau hidung sendiri. Islam mengajarkan kita agar tidak sombong. Kita harus berani mendengarkan segala sesuatu dari orang lain. Tidak dilarang kalau kita mempunyai pendapat, akan tetapi bersamaan dengan itu orang lain pun boleh-boleh saja memiliki pendapat yang berbeda dari kita. Oleh karena itu, berhati hatilah dengan segala hal yang berbau kesombongan, merasa diri hebat, super, pemborong syurga, paling benar dan paling mampu. Semua itu hanya akan membuat berkurangnya kemampuan yang ada pada diri kita.  
Adapun hal yang sangat utama dan paling menentukan bobot dari semua perilaku dan kiprah kita dalam meningkatkan kualitas keunggulan diri adalah hati yang bersih. Kedongkolan, kemangkelan, kejengkelan, kebencian dan semua hal yang membuat tidak nyamannya hati, jelas-jelas merupakan sikap kejiwaan yang kontraproduktif. Kita sebetulnya harus menjadi orang yang tamak terhadap ilmu serta serakah terhadap pengalaman dan wawasan. Setiap bertemu dengan orang, lihatlah kelebihannya, simaklah kemampuannya lalu hisaplah ilmunya ambil alih kelebihannya. Tentu ini tidak akan mengakibatkan orang tersebut menjadi bangkrut dan tidak memiliki kelebihan lagi. Sebaliknya, kemampuan orang yang dimintai ilmunya itu akan semakin berkembang sementara kitapun akan semakin maju.
Tidaklah mungkin kita ditakdirkan Allah bertemu dengan seseorang, kecuali pasti akan menjadi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru. Tampaknya umat Islam akan mampu melesat lebih efektif produktivitasnya maupun kualitasnya ketika mereka bisa sinergis dan saling membantu satu sama lainnya. Semua itu kuncinya adalah bebasnya hati dari kedengkian dan kebusukan. Kita harus belajar senang melihat orang lain maju. Kitapun harus belajar ikut bersyukur melihat kesuksesan dan prestasi orang lain seraya membuat kita terbakar untuk bisa lebih  maju lagi. Semoga Allah yang Maha Mendengar dan Maha Menyaksikan segala-galanya menggolongkan kita menjadi orang-orang yang bisa menjadi bukti keunggulan Islam.   
ÿÿWallahu ‘alam bisshawaabÿÿ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar